1.Cindy Engkeng: Dari Olahraga Berbuah Laba
Cindy Engkeng (25), Sasana Tinju Amphibi Marinir, Surabaya
Di negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang, juga Cina, olahraga telah menjadi industri yang mampu meningkatkan devisa negara. Kini, geliat antusiasme masyarakat Indonesia akan olahraga mulai terlihat dengan banyaknya event olahraga berskala nasional. Ceruk bisnis baru pun muncul: event organizer (EO) untuk acara-acara olahraga. Tertarik terjun ke bisnis ini?
Mengapa Tinju?
Sejak kecil saya sudah terbiasa menonton ayah saya, Richard Engkeng, yang berprofesi sebagai promotor tinju menyelenggarakan pertandingan tinju berskala nasional. Karena terbiasa berada di dunia tinju, saya jadi jatuh cinta beneran pada olahraga ini dan tertarik meneruskan bisnis ayah saya, Sasana Amphibi Marinir. Event tinju perdana yang saya tangani berlangsung tahun 2007, bekerja sama dengan anggota marinir di Surabaya.
Waktu itu saya menangani petinju muda berbakat, yakni bibit-bibit yang belum terasah tapi memiliki bakat besar. Beberapa petinju yang pernah saya orbitkan yakni Hofni South dan Espinos Sabu. Yang juga menggembirakan, event garapan saya yang pertama itu direspons positif oleh para pencinta olahraga tinju di Surabaya. Saat ini, saya tengah berupaya berekspansi membesarkan bisnis olahraga tinju.
Tantangan
Jujur, ketika pertama kali menjadi promotor tinju, saya masih dibantu Ayah, termasuk dalam hal modal. Beliau tidak langsung melepaskan saya, tetapi tetap membantu mendanai event tinju yang saya bikin. Nah, karena bisnis ini berdasarkan hobi, modal awal pun lebih banyak dari kantong pribadi. Ada juga, sih, dana dari beberapa sponsor produk minuman yang saya ajak kerja sama. Secara keseluruhan, total dana mencapai Rp200 juta hingga Rp400 juta, yang digunakan untuk biaya sewa gedung, operasional, dan biaya entertainment petinju yang saya promosikan.
Keuntungan dari bisnis ini bisa diambil dari ‘penjualan’ pemain yang saya promosikan, tiap kali menyelenggarakan pertandingan. Bila petinju tersebut berprestasi dan berbakat, harga jualnya pun tinggi. Dalam sekali pertandingan, saya bisa mendapat untung sebesar Rp5 juta hingga Rp10 juta yang diperoleh dari kerja sama dengan promotor lain.
Tahan Banting
Memang bukan hal mudah berdiri di ladang pekerjaan yang didominasi pria dan identik dengan kekerasan. Wanita yang ingin menekuni bisnis ini harus punya jiwa kompetitif, bisa menjalin relasi, dan mampu bernegosiasi dengan baik. Sebab, sebagai promotor tinju, saya harus mampu memberikan penawaran terbaik bagi petinju saya kepada promotor lain.
Saya menyadari itu bukan hal mudah, mengingat saya harus mampu bersaing dengan para promotor pria yang terkadang memandang rendah hanya karena saya wanita. Tetapi, dengan prinsip learning by doing, saya bisa membuktikan kemampuan saya sebagai promotor tinju profesional.
Memasyarakatkan Tinju
Penggemar olahraga tinju di Indonesia terbilang masih sedikit. Sebagai seorang promotor, tantangan terbesar saat ini yaitu membuat masyarakat Indonesia menyukai tinju sebesar mereka menyukai sepak bola.
Walau terkesan keras, tinju sebenarnya baik karena merupakan olahraga bela diri yang bermanfaat untuk melindungi diri sendiri. Maka, sudah saatnya masyarakat Indonesia memahami bahwa tinju bukanlah olahraga yang berbahaya, asal dilakukan dengan benar. Untuk menarik penonton yang lebih luas, saya sering mengombinasikan pertandingan tinju dengan pertunjukan musik.
Sebagai strategi bisnis, saya juga melibatkan selebritas untuk menambah kemeriahan pertandingan tinju. Di salah satu event, saya pernah menghadirkan Julia Perez, yang menjadikan pertandingan jadi makin semarak.
Inspirasi
Menekuni bisnis ini menuntut saya belajar banyak untuk mengerti segala aspek sebagai promotor tinju. Beruntung, saya punya ayah yang memang sudah terlebih dahulu menekuni profesi ini. Beliaulah inspirasi terbesar sekaligus guru saya. Sampai saat ini pun saya masih sering meminta bimbingan Ayah saat akan mengadakan event tinju.
Selain itu, saya juga menimba ilmu dari Lineke Lolowang, yang lebih dulu menekuni profesi promotor tinju di Indonesia. Karena sama-sama wanita, kami saling berbagi pengalaman bagaimana membangun bisnis ini supaya lebih maju. Untuk membuka wawasan, saya juga beberapa kali berkunjung ke Thailand untuk menonton pertandingan tinju kelas internasional.
Tip Sukses
2.Bertha Gani: Dari Olahraga Berbuah Laba
Bertha Gani (43), runID, Jakarta
Di negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang, juga Cina, olahraga telah menjadi industri yang mampu meningkatkan devisa negara. Kini, geliat antusiasme masyarakat Indonesia akan olahraga mulai terlihat dengan banyaknya event olahraga berskala nasional. Ceruk bisnis baru pun muncul: event organizer (EO) untuk acara-acara olahraga. Tertarik terjun ke bisnis ini?
Mengapa Lari?
Ide membuat race management ini berawal dari kecintaan saya pada olahraga lari. Bersama Muara Sianturi, Oki Suharsono, Rico Ishak, Yenny Siswanto, kami merasa lomba lari yang diadakan di Indonesia kurang dikelola dengan bagus. Karena itu, kami ingin membuat lomba lari dengan kualitas yang baik.
Juli 2011 ide membuat lomba lari disambut baik oleh klien, sebuah produk pakaian olahraga dari Hong Kong. Kebetulan produk tersebut memperkenalkan produknya di lingkungan pencinta olahraga pada umumnya dan pencinta olahraga lari pada khususnya. Jujur, kami tidak memiliki banyak modal untuk mendirikan bisnis ini.
Tanggal 20 November 2011 jadilah lomba lari pertama kami dengan peserta mencapai 300 orang. Pada pertengahan 2012, dengan biaya kurang dari Rp10 juta, kami mendaftarkan bisnis kami agar berbadan hukum dengan nama CV Gerbang Juara. Tetapi, agar mudah diingat, kami memilih nama runID, Race Management.
Olahraga lari makin booming di Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari jumlah peserta. Dari 9 lomba lari yang sudah kami selenggarakan, pesertanya sudah mencapai 3.000 orang.
Akurasi Waktu
Klien biasanya ingin memperoleh banyak peserta. Meski begitu, bagi kami yang terpenting adalah keselamatan dan kenyamanan para pelari. Strategi lain, kami memberikan gimmick menarik. Misalnya, pelari senang mendapatkan kaus lari berbahan nyaman atau setelah selesai lomba mendapatkan medali ‘finisher’, maka kami akan menyiapkannya.
Tentu saja dana yang harus disiapkan klien bertambah besar dengan makin banyaknya penyediaan hal-hal tersebut. Klien biasanya tertarik untuk memberikan sampel produknya agar makin dikenal oleh peserta lomba. Hal ini penting karena ada juga peserta yang ikut lomba lari karena senang dengan isi goodie bag yang akan didapatkan.
Satu hal yang membuat lomba lari itu bermutu adalah adanya pencatatan waktu yang baik dengan timing system yang akurat. Keunggulan runID adalah menggunakan mylaps timing system yang sudah teruji baik dan sudah digunakan oleh lomba balap Formula 1 selama 30 tahun.
Di Indonesia, kami adalah partner resmi mylaps timing system. Tiap pelari akan mendapatkan pencatatan waktu masing-masing, sehingga semua peserta tahu skor waktu lomba mereka. Dalam hal ini, peserta lomba bertarung melawan diri sendiri, mereka melihat catatan waktu dan mendapatkan personal best masing-masing. Sistem pencatatan waktu ini dapat dipakai untuk semua kategori jarak lari.
Tantangan
Tantangan kami saat ini adalah menarik lebih banyak orang agar lebih menggemari olahraga lari. Animo masyarakat Indonesia masih kalah jauh dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Sebagai perbandingan, di Brunei dengan jumlah penduduk hanya 400.000 jiwa, bisa mendapatkan 6.000 peserta lomba lari. Sedangkan di Indonesia, dengan 250 juta penduduk, paling banyak peserta 3.000 orang (dengan catatan dari lomba berbayar). Bahkan, di Singapura peserta lomba lari bisa mencapai 70.000 orang.
Kami menyadari, olahraga lari membutuhkan komitmen untuk latihan. Padahal, kalau dijalankan dengan baik dan benar, banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan. Semoga olahraga lari di Indonesia makin disukai dan menjadi kebiasaan hidup, bukan hanya sekadar tren.
Kendala lain adalah mendapatkan rute yang aman dan nyaman untuk berlomba. Masih banyak warga yang belum berbesar hati untuk ‘mengalah’ ketika lomba sedang diselenggarakan. Contohnya, di jalur yang seharusnya steril dari kendaraan bermotor, meskipun sudah diberikan rambu-rambu, tetap saja dimasuki sehingga kenyamanan peserta lomba lari terganggu. Untuk itu perlu kerja sama dengan polisi dan melibatkan banyak petugas untuk mengamankan area.
Prospek Bagus
Karena bisnis ini adalah wujud cinta kami pada olahraga lari, jujur kami belum meraih untung besar. Semua dana yang diberikan klien itu sebagian besar habis untuk produksi. Kaus, medali, perizinan, dan keselamatan peserta membutuhkan dana yang tidak sedikit. Saat ini laba bersih sekitar 3% dari total anggaran per lomba. Bagi kami kepuasan peserta lomba adalah hal yang utama. Tak ada bisnis yang menjadi besar tanpa perjuangan. Ke depannya bisnis ini makin bagus, mengingat banyaknya animo masyarakat Indonesia pada olahraga lari.
Tip Sukses:
Cindy Engkeng (25), Sasana Tinju Amphibi Marinir, Surabaya
Di negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang, juga Cina, olahraga telah menjadi industri yang mampu meningkatkan devisa negara. Kini, geliat antusiasme masyarakat Indonesia akan olahraga mulai terlihat dengan banyaknya event olahraga berskala nasional. Ceruk bisnis baru pun muncul: event organizer (EO) untuk acara-acara olahraga. Tertarik terjun ke bisnis ini?
Mengapa Tinju?
Sejak kecil saya sudah terbiasa menonton ayah saya, Richard Engkeng, yang berprofesi sebagai promotor tinju menyelenggarakan pertandingan tinju berskala nasional. Karena terbiasa berada di dunia tinju, saya jadi jatuh cinta beneran pada olahraga ini dan tertarik meneruskan bisnis ayah saya, Sasana Amphibi Marinir. Event tinju perdana yang saya tangani berlangsung tahun 2007, bekerja sama dengan anggota marinir di Surabaya.
Waktu itu saya menangani petinju muda berbakat, yakni bibit-bibit yang belum terasah tapi memiliki bakat besar. Beberapa petinju yang pernah saya orbitkan yakni Hofni South dan Espinos Sabu. Yang juga menggembirakan, event garapan saya yang pertama itu direspons positif oleh para pencinta olahraga tinju di Surabaya. Saat ini, saya tengah berupaya berekspansi membesarkan bisnis olahraga tinju.
Tantangan
Jujur, ketika pertama kali menjadi promotor tinju, saya masih dibantu Ayah, termasuk dalam hal modal. Beliau tidak langsung melepaskan saya, tetapi tetap membantu mendanai event tinju yang saya bikin. Nah, karena bisnis ini berdasarkan hobi, modal awal pun lebih banyak dari kantong pribadi. Ada juga, sih, dana dari beberapa sponsor produk minuman yang saya ajak kerja sama. Secara keseluruhan, total dana mencapai Rp200 juta hingga Rp400 juta, yang digunakan untuk biaya sewa gedung, operasional, dan biaya entertainment petinju yang saya promosikan.
Keuntungan dari bisnis ini bisa diambil dari ‘penjualan’ pemain yang saya promosikan, tiap kali menyelenggarakan pertandingan. Bila petinju tersebut berprestasi dan berbakat, harga jualnya pun tinggi. Dalam sekali pertandingan, saya bisa mendapat untung sebesar Rp5 juta hingga Rp10 juta yang diperoleh dari kerja sama dengan promotor lain.
Tahan Banting
Memang bukan hal mudah berdiri di ladang pekerjaan yang didominasi pria dan identik dengan kekerasan. Wanita yang ingin menekuni bisnis ini harus punya jiwa kompetitif, bisa menjalin relasi, dan mampu bernegosiasi dengan baik. Sebab, sebagai promotor tinju, saya harus mampu memberikan penawaran terbaik bagi petinju saya kepada promotor lain.
Saya menyadari itu bukan hal mudah, mengingat saya harus mampu bersaing dengan para promotor pria yang terkadang memandang rendah hanya karena saya wanita. Tetapi, dengan prinsip learning by doing, saya bisa membuktikan kemampuan saya sebagai promotor tinju profesional.
Memasyarakatkan Tinju
Penggemar olahraga tinju di Indonesia terbilang masih sedikit. Sebagai seorang promotor, tantangan terbesar saat ini yaitu membuat masyarakat Indonesia menyukai tinju sebesar mereka menyukai sepak bola.
Walau terkesan keras, tinju sebenarnya baik karena merupakan olahraga bela diri yang bermanfaat untuk melindungi diri sendiri. Maka, sudah saatnya masyarakat Indonesia memahami bahwa tinju bukanlah olahraga yang berbahaya, asal dilakukan dengan benar. Untuk menarik penonton yang lebih luas, saya sering mengombinasikan pertandingan tinju dengan pertunjukan musik.
Sebagai strategi bisnis, saya juga melibatkan selebritas untuk menambah kemeriahan pertandingan tinju. Di salah satu event, saya pernah menghadirkan Julia Perez, yang menjadikan pertandingan jadi makin semarak.
Inspirasi
Menekuni bisnis ini menuntut saya belajar banyak untuk mengerti segala aspek sebagai promotor tinju. Beruntung, saya punya ayah yang memang sudah terlebih dahulu menekuni profesi ini. Beliaulah inspirasi terbesar sekaligus guru saya. Sampai saat ini pun saya masih sering meminta bimbingan Ayah saat akan mengadakan event tinju.
Selain itu, saya juga menimba ilmu dari Lineke Lolowang, yang lebih dulu menekuni profesi promotor tinju di Indonesia. Karena sama-sama wanita, kami saling berbagi pengalaman bagaimana membangun bisnis ini supaya lebih maju. Untuk membuka wawasan, saya juga beberapa kali berkunjung ke Thailand untuk menonton pertandingan tinju kelas internasional.
Tip Sukses
- Cintai bidang olahraga yang Anda pilih jadi ladang bisnis. Kuasai secara total bidang tersebut dan pahami lingkungannya dan ketahui teknik dasarnya.
- Mau belajar. Seorang pebisnis bidang olahraga juga harus membuka wawasan mengenai perkembangan yang terjadi di lingkungan sekitar. Jangan ragu bertanya kepada mereka yang lebih senior.
- Tahan banting. Sebagai wanita promotor, bukan berarti tak mampu bersanding sejajar dengan promotor yang pria. Tetapi, dengan ketangguhan mental, Anda pasti mampu bersaing dengan mereka.
2.Bertha Gani: Dari Olahraga Berbuah Laba
Bertha Gani (43), runID, Jakarta
Di negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang, juga Cina, olahraga telah menjadi industri yang mampu meningkatkan devisa negara. Kini, geliat antusiasme masyarakat Indonesia akan olahraga mulai terlihat dengan banyaknya event olahraga berskala nasional. Ceruk bisnis baru pun muncul: event organizer (EO) untuk acara-acara olahraga. Tertarik terjun ke bisnis ini?
Mengapa Lari?
Ide membuat race management ini berawal dari kecintaan saya pada olahraga lari. Bersama Muara Sianturi, Oki Suharsono, Rico Ishak, Yenny Siswanto, kami merasa lomba lari yang diadakan di Indonesia kurang dikelola dengan bagus. Karena itu, kami ingin membuat lomba lari dengan kualitas yang baik.
Juli 2011 ide membuat lomba lari disambut baik oleh klien, sebuah produk pakaian olahraga dari Hong Kong. Kebetulan produk tersebut memperkenalkan produknya di lingkungan pencinta olahraga pada umumnya dan pencinta olahraga lari pada khususnya. Jujur, kami tidak memiliki banyak modal untuk mendirikan bisnis ini.
Tanggal 20 November 2011 jadilah lomba lari pertama kami dengan peserta mencapai 300 orang. Pada pertengahan 2012, dengan biaya kurang dari Rp10 juta, kami mendaftarkan bisnis kami agar berbadan hukum dengan nama CV Gerbang Juara. Tetapi, agar mudah diingat, kami memilih nama runID, Race Management.
Olahraga lari makin booming di Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari jumlah peserta. Dari 9 lomba lari yang sudah kami selenggarakan, pesertanya sudah mencapai 3.000 orang.
Akurasi Waktu
Klien biasanya ingin memperoleh banyak peserta. Meski begitu, bagi kami yang terpenting adalah keselamatan dan kenyamanan para pelari. Strategi lain, kami memberikan gimmick menarik. Misalnya, pelari senang mendapatkan kaus lari berbahan nyaman atau setelah selesai lomba mendapatkan medali ‘finisher’, maka kami akan menyiapkannya.
Tentu saja dana yang harus disiapkan klien bertambah besar dengan makin banyaknya penyediaan hal-hal tersebut. Klien biasanya tertarik untuk memberikan sampel produknya agar makin dikenal oleh peserta lomba. Hal ini penting karena ada juga peserta yang ikut lomba lari karena senang dengan isi goodie bag yang akan didapatkan.
Satu hal yang membuat lomba lari itu bermutu adalah adanya pencatatan waktu yang baik dengan timing system yang akurat. Keunggulan runID adalah menggunakan mylaps timing system yang sudah teruji baik dan sudah digunakan oleh lomba balap Formula 1 selama 30 tahun.
Di Indonesia, kami adalah partner resmi mylaps timing system. Tiap pelari akan mendapatkan pencatatan waktu masing-masing, sehingga semua peserta tahu skor waktu lomba mereka. Dalam hal ini, peserta lomba bertarung melawan diri sendiri, mereka melihat catatan waktu dan mendapatkan personal best masing-masing. Sistem pencatatan waktu ini dapat dipakai untuk semua kategori jarak lari.
Tantangan
Tantangan kami saat ini adalah menarik lebih banyak orang agar lebih menggemari olahraga lari. Animo masyarakat Indonesia masih kalah jauh dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Sebagai perbandingan, di Brunei dengan jumlah penduduk hanya 400.000 jiwa, bisa mendapatkan 6.000 peserta lomba lari. Sedangkan di Indonesia, dengan 250 juta penduduk, paling banyak peserta 3.000 orang (dengan catatan dari lomba berbayar). Bahkan, di Singapura peserta lomba lari bisa mencapai 70.000 orang.
Kami menyadari, olahraga lari membutuhkan komitmen untuk latihan. Padahal, kalau dijalankan dengan baik dan benar, banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan. Semoga olahraga lari di Indonesia makin disukai dan menjadi kebiasaan hidup, bukan hanya sekadar tren.
Kendala lain adalah mendapatkan rute yang aman dan nyaman untuk berlomba. Masih banyak warga yang belum berbesar hati untuk ‘mengalah’ ketika lomba sedang diselenggarakan. Contohnya, di jalur yang seharusnya steril dari kendaraan bermotor, meskipun sudah diberikan rambu-rambu, tetap saja dimasuki sehingga kenyamanan peserta lomba lari terganggu. Untuk itu perlu kerja sama dengan polisi dan melibatkan banyak petugas untuk mengamankan area.
Prospek Bagus
Karena bisnis ini adalah wujud cinta kami pada olahraga lari, jujur kami belum meraih untung besar. Semua dana yang diberikan klien itu sebagian besar habis untuk produksi. Kaus, medali, perizinan, dan keselamatan peserta membutuhkan dana yang tidak sedikit. Saat ini laba bersih sekitar 3% dari total anggaran per lomba. Bagi kami kepuasan peserta lomba adalah hal yang utama. Tak ada bisnis yang menjadi besar tanpa perjuangan. Ke depannya bisnis ini makin bagus, mengingat banyaknya animo masyarakat Indonesia pada olahraga lari.
Tip Sukses:
- Cinta pada pekerjaan yang dilakukan. Jika ingin membuat lomba lari, paling tidak Anda harus hobi olahraga ini.
- Detail dalam perencanaan. Anggaran keuangan, perizinan, hingga menyediakan ambulance untuk pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan pada peserta.
- Dibutuhkan tim dengan feeling yang sama. Tim inti harus menguasai olahraga lari agar tahu seluk-beluk lomba.
- Sering mengikuti lomba lari taraf internasional agar dapat membuat lomba yang bermutu.
- Networking. Penting untuk lebih meyakinkan klien, jika sudah saling kenal dan klien tahu track record Anda.
0 komentar "Wirausaha Wanita Sukses", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar